Senin, 26 Oktober 2015

resensi film "pinocchio"

Resensi Film “PINOCCHIO”
Release Date: November 2014 – Juanuari 2015
Genre : Fantasy, Romance , Family
Pemain: Park Shin Hye sebagai Choi In Ha
Noh Jung Ui sebagai young In Ha
Lee Jong Suk sebagai Choi Dal Po
Kim Young Kwang sebagai Seo Bum Jo
Lee Yoo Bi sebagai Yoon Yoo Rae
Lee Pil Mo sebagai Hwang Gyo Dong
Jumlah episode : 20

Sinopsis pada episode pertama menceritakan tentang siang hari di suatu sekolah disiarkan langsung Quiz Challenge dari YNG (sebuah stasiun penyiaran). Salah satu dari murid sekolah itu, Ahn Chan Soo, jadi pesertanya. Ada kursi di kelas itu yang kosong, yaitu kursi Choi Dal Po. Guru dan teman-temannya terkejut karena ternyata ia ada di TV dan sedang ingin bersaing dengan Ahn Chan Soo. Dalam acara quiz tersebut, Choi Dal Po di remehkan karena dianggap bodoh.
Saat itu Dal Po diminta untuk menjawab pertanyaan kelima yang berkaitan dengan Pinokio. Dal Po langsung teringat akan masa lalunya saat kecil yang sangat menyedihkan.
Flashback : Suat hari tejadi sebuah kebarakan, Ayah Ha Myung (nama kecil Dal Po) merupakan seorang pemadam kebaran namun sejak saat itu masalah Ha Myung bertambah rumit. Pasalnya, sang ayah yang dikabarkan meninggal ternyata bohong dan beredar kabar jika ayah Ha Myung yang merupaka seorang petugas pemadam kebakaran justru melarikan diri dari tugasnya. Tentu saja hal tersebut membuat heboh media.
Keluarga Ha Myung disalahkan dan selalu menjadi gosip di sebuah televisi, bahkan hingga Ayah Ha Myung tak juga menampakkna diri yang semakin membuat media heboh dan menyangkan jika keluarga Ha Myung sengaja menyembunyikan Ayah Ha Myung. Bahkan sempat ada saksi yang melihat Ayah Ha Myung, saksi itu sendiri ternyata memiliki sindrom pinokio dimana dia akan cegukan jika berbohong, dan dari situlah sindrom pinokio berawal.
Hingga 5 bulan berlalu, Cho In Ha kecil muncul bersama ayahnya untuk pergi ke tempat kakeknya, namun saat tiba disana Ayah Choi In Ha terkejut kala dia bertemu dengan Ha Myung yang berubah menjadi Dal Po yang merupakan kakaknya yang kabarnya telah meninggal. Namun Dal Po sendiri hanya berpura-pura hingga sang kakek sembuh.
Namun Dal Po mulai marah dan benci pada In Ha kala dia mengetahui jika ibu In Ha adalah reporter yang dulu selalu menggosipkan tetang ayahnya di televisi dan Dal Po sangat membencinya.
Menurut saya episode pertama film ini sudah mampu membuat pecinta drama korea meneteskan air mata, karena dikemas begitu dramatis, dengan jalan cerita yang frame in frame. Menceritakan cerita sesudahnya terlebih dahulu, baru menjelaskan kisah sebelumnya, membuat para penonton bertanya tanya. Acting yang sangat menghayati disertakan emosi dari film tersebut mudah sampai kepada penonton. Pembuatan karakter dari masing-masing pemainnya kreatif, karena dapat mengaitkan dengan cerita pinokio, jika berbohong ada sesuatu yang secara fisik terlihat, pada film tersebut adalah dengan cegukan. Dari kacamata saya, saya menikmati film tersebut karena diceritakan dengan ringan, dan konflik yang dibuat cukup pintar dan rumit, namun tetap mudah untuk diikuti.
Secara kode etik jurnalistik, ada beberapa pemaksaan yang dilakukan reporter dalam film tersebut, seperti menghiperbola keadaan, dan membuat gossip, serta melakukan pemaksaan pertanyaan agar terciptanya suatu drama yang bagus untuk dijual di TV.


RESENSI FILM "PINOCCHIIO"


Resensi Film “PINOCCHIO”
Release Date: November 2014 – Juanuari 2015
Genre : Fantasy, Romance , Family
Pemain: Park Shin Hye sebagai Choi In Ha
Noh Jung Ui sebagai young In Ha
Lee Jong Suk sebagai Choi Dal Po
Kim Young Kwang sebagai Seo Bum Jo
Lee Yoo Bi sebagai Yoon Yoo Rae
Lee Pil Mo sebagai Hwang Gyo Dong
Jumlah episode : 20

Sinopsis pada episode pertama menceritakan tentang siang hari di suatu sekolah disiarkan langsung Quiz Challenge dari YNG (sebuah stasiun penyiaran). Salah satu dari murid sekolah itu, Ahn Chan Soo, jadi pesertanya. Ada kursi di kelas itu yang kosong, yaitu kursi Choi Dal Po. Guru dan teman-temannya terkejut karena ternyata ia ada di TV dan sedang ingin bersaing dengan Ahn Chan Soo. Dalam acara quiz tersebut, Choi Dal Po di remehkan karena dianggap bodoh.
Saat itu Dal Po diminta untuk menjawab pertanyaan kelima yang berkaitan dengan Pinokio. Dal Po langsung teringat akan masa lalunya saat kecil yang sangat menyedihkan.
Flashback : Suat hari tejadi sebuah kebarakan, Ayah Ha Myung (nama kecil Dal Po) merupakan seorang pemadam kebaran namun sejak saat itu masalah Ha Myung bertambah rumit. Pasalnya, sang ayah yang dikabarkan meninggal ternyata bohong dan beredar kabar jika ayah Ha Myung yang merupaka seorang petugas pemadam kebakaran justru melarikan diri dari tugasnya. Tentu saja hal tersebut membuat heboh media.
Keluarga Ha Myung disalahkan dan selalu menjadi gosip di sebuah televisi, bahkan hingga Ayah Ha Myung tak juga menampakkna diri yang semakin membuat media heboh dan menyangkan jika keluarga Ha Myung sengaja menyembunyikan Ayah Ha Myung. Bahkan sempat ada saksi yang melihat Ayah Ha Myung, saksi itu sendiri ternyata memiliki sindrom pinokio dimana dia akan cegukan jika berbohong, dan dari situlah sindrom pinokio berawal.
Hingga 5 bulan berlalu, Cho In Ha kecil muncul bersama ayahnya untuk pergi ke tempat kakeknya, namun saat tiba disana Ayah Choi In Ha terkejut kala dia bertemu dengan Ha Myung yang berubah menjadi Dal Po yang merupakan kakaknya yang kabarnya telah meninggal. Namun Dal Po sendiri hanya berpura-pura hingga sang kakek sembuh.
Namun Dal Po mulai marah dan benci pada In Ha kala dia mengetahui jika ibu In Ha adalah reporter yang dulu selalu menggosipkan tetang ayahnya di televisi dan Dal Po sangat membencinya.
Menurut saya episode pertama film ini sudah mampu membuat pecinta drama korea meneteskan air mata, karena dikemas begitu dramatis, dengan jalan cerita yang frame in frame. Menceritakan cerita sesudahnya terlebih dahulu, baru menjelaskan kisah sebelumnya, membuat para penonton bertanya tanya. Acting yang sangat menghayati disertakan emosi dari film tersebut mudah sampai kepada penonton. Pembuatan karakter dari masing-masing pemainnya kreatif, karena dapat mengaitkan dengan cerita pinokio, jika berbohong ada sesuatu yang secara fisik terlihat, pada film tersebut adalah dengan cegukan. Dari kacamata saya, saya menikmati film tersebut karena diceritakan dengan ringan, dan konflik yang dibuat cukup pintar dan rumit, namun tetap mudah untuk diikuti.
Secara kode etik jurnalistik, ada beberapa pemaksaan yang dilakukan reporter dalam film tersebut, seperti menghiperbola keadaan, dan membuat gossip, serta melakukan pemaksaan pertanyaan agar terciptanya suatu drama yang bagus untuk dijual di TV.

Senin, 28 September 2015

Perbaikan Feature dari Donna Alvita Ellora


Yunus dan Seni
     Yunus, itulah panggilan pemuda kelahiran 17 Januari 1996. Nama lengkapnya adalah Yunus Prihandono. Seni adalah hidupnya. Banyak hal yang ia lakukan, di manapun ia berada, pastilah meninggalkan suatu karya berupa seni.

     Ia memiliki ketertarikan terhadap gitar. Sejak duduk di bangku SMP, Yunus mulai belajar memetik gitar dengan tetangganya, Pak Tomo. Adapun genre musik yang ia gemari adalah musik rock.

      Yunus terus mengasah kemampuannya dalam bermain gitar dan selalu aktif di band sekolah. Salah satu prestasinya saat ia masih pemula adalah menjadi pengisi acara pameran pendidikan di SMP Kanisius. Pengalaman itu menjadi motivasi untuk terus berkarya di bidang musik. 

     Ksatria bergitar ini suka bernyanyi. Saat SMA, ia aktif dalam ekstrakurikuler paduan suara bernama “Sancfortius” yang merupakan singkatan dari Sanctus Fortus of Bunda Hati Kudus. Ia masuk sebagai seorang tenor atau suara III, yang artinya pria yang bernyanyi dengan nada tinggi. Banyak prestasi yang ia toreh bersama Sancfortius melalui lomba-lomba paduan suara. Selain mengikuti lomba paduan suara, Sancfortius juga aktif dalam pelayanan di Gereja St. Kristoforus, Grogol, untuk bernyanyi saat ibadah. 

     Pemuda dengan tinggi 173 cm ini juga sempat dipercaya untuk menjadi gerong, yakni penyanyi yang diiringi alat musik gamelan untuk beberapa acara, seperti lomba dan festival budaya. Kegiatan lain yang ia ikuti untuk menyalurkan minat dan bakatnya adalah aktif dalam Kelompok Rohani sebagai tim worship yang menyanyikan puji-pujian. 

     Drama merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup manusia. Drama adalah seni, dan Yunus tak dapat terpisahkan dari seni itu sendiri. Beberapa kali Yunus menjadi pemeran utama untuk pentas seni teater saat SMA, seperti teater yang berjudul "Demi Cinta" dan "Adrian". Apabila tidak ikut berperan dalam pentas, Yunus aktif menjadi pemusik yang mengiringi teater itu. Sampai lulus SMA, Yunus tidak berhenti berkarya. Itu semua hanyalah awal untuk menjadi lebih baik walau sehebat apapun rintangan yang harus ia lalui.

     Hal yang terpenting adalah keyakinan dan ketekunan. Setiap hari, putra sulung dari 2 bersaudara ini harus menempuh perjalanan yang cukup jauh demi menuntut ilmu. Dari TK sampai SMA, ia bersekolah di Bunda Hati Kudus, Grogol. Dengan sepeda motor yang setia menemaninya sejak SMA, kini hampir setiap hari Yunus melaju ke Universitas Bunda Mulia (UBM) yang terletak di daerah Jakarta Utara. Jarak tak mengurungkan tekadnya demi mencapai mimpinya menjadi seorang sutradara. Untuk itu, ia mengambil jurusan Ilmu Komunikasi peminatan broadcasting.

     Tiada hari tanpa berpikir tentang hari esok yang akan dijalani. Di UBM, Yunus memiliki keluarga kedua tempat ia bertukar pikiran, yaitu sebuah UKM yang bernama The VOU (The Voice of UBM). Yunus membicarakan banyak hal yang ada dalam benaknya tentang program kerja The VOU ke depannya bersama keluarga keduanya itu untuk terus berkarya dalam seni.

Senin, 21 September 2015

Andarillah; Bayi yang Berani "Berteriak"

Oleh Yunus Prihandono


Wanita berparas cantik kelahiran Tumani, 3 September 1996 ini bernama Andarillah Kaloh, biasa disapa "Rillah". Nama Andarillah sendiri memiliki makna yang sangat mendalam yakni, anugerah dari Allah. Ia tumbuh dewasa di keluarga yang harmonis dan memiliki seorang adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Siapa yang tidakpernah mendengar Andarillah? Wanita berambut panjang lurus dengan warna sedikit pirang ini adalah ketua "The Voice of UBM", salah satu unit kegiatan mahasiswa yang berperan dalam bidang seni musik. Suara indah nan lantang adalah ciri khas dari gaya bernyanyinya. Ia  mengaku sudah bisa bernyanyi sejak ia masih balita.

Bisa dibilang, kalau biasanya bayi lahir lalu menangis, mungkin beda untuk seorang Rilla. Mungkin saat ia baru lahir, ia sudah berteriak dan bernyanyi. Menarik untuk disimak, dahulu ia bersekolah di SMKN 1 Manado. Oleh karenanya, terpaksa ia hidup "nge-kost" di Manado, dan harus meninggalkan keluarganya di Tumani.

Begitupun kehidupannya sekarang ini. Kini ia hidup di Jakarta demi melanjutkan pendidikannya di Universitas Bunda Mulia. Bagaikan bayi yang berani untuk menjerit, begitupun seorang Andarillah. Baru satu tahun mengikuti UKM "The Voice of UBM, dirinya bagaikan bintang dan sudah memiliki penggemar di UBM bahkan sampai di kota asalnya.

Popularitasnya di bidang tarik suarapun tidak terhindar dari kerja kerasnya mengikuti latihan-latihan yang ada di UKM. Keseriusannya dan kecintaannya terhadap bernyanyi membawa ia sampai ketahap ini. Tidak lupa juga sejak ia di Manado, sudah sering sekali mengikuti ajang bernyanyi.

Suatu penghargaan besar yang pernah ia dapatkan adalah saat ia mewakili gereja berskala Nasional untuk bernyanyi di Surabaya. Dengan membawakan lagu "You Raise Me Up" yang dipopulerkan oleh Josh Groban, ia mampu memukau para penonton. "Itu adalah pengalaman yang sangat memukau", katanya.

Rillah, juga memanfaatkan media sosial seperti Instagram, facebook, dan Youtube untuk membantu popularitasnya. Selain itu, media sosial ia gunakan untuk menyalurkan hobi bernyanyinya. Dapat kita lihat di media sosialnya, pasti banyak kita temukan ia sedang bernyanyi. Namun demikian, ia bukanlah orang yang sombong.

Bagaikan ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. begitupun juga Rillah. Ia ramah, dan mudah bergaul dengan siapapun. Perilakunya yang seru membuat orang sekitarnya nyaman dengannya. Tapi disisi lain, sebagai ketua UKM, ia dikenal dengan pribadi yang tegas dan tidak ragu-ragu untuk menegur orang yang salah.

Rilla adalah pecinta kuliner. ia sangat menyukai siomay, baso, dan nasi goreng. Makanan favorit tersebut yang hampir setiap hari disantapnya. "Belom makan, kalo gak makan salah satu di antara mereka", katanya sambil mengelus-elus perutnya tanda ia sedang lapar.

Komitmen dan kecintaan seseorang terhadap sesuatu, jika ditekuni secara terus menerus pasti akan menghasilkan buahnya. Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. begitupun Rilla, ada harga yang ia bayar, demi tercapainya suatu tujuan.


Senin, 07 September 2015

Istri "Digerebek" Mantan Suami

Latifah (35), Tanjungpinang, menyusul ke rumah Kasiyum (40), yang seorang Kades. Mereka digerebek oleh mantan suaminya, Idrus (43). Jika perceraian sudah terjadi, biasanya akan berjalan masing-masing tanpa peduli satu sama lain.

Tapi jika terjadi karena terpaksa, mantan istri masih di perhatikan. Lelaki dari Tanjungpinang tersebut masih cinta pada Latifah. Karena ada "setan lewat", Latifah terpikat pada seorang Lurah. Istri meminta cerai dan Idrus mengabulkannya. Dalam hati Idrus tidak rela karena anak-anaknya yang menjadi korban.

Cinta pada Latifah masih menyala-nyala, walaupun sudah bukan miliknya. Idrus ingin tahu sampai kapan Latifah bosan pada PILnya, dan kembali kepadanya. Masih mau barang bekas? "Demi anak-anakku apa boleh buat," kata Idrus sekali waktu.

Menjelang Ramadhan, Idrus melihat mobil mantan mertuanya parkir di Perumahan Bukit Indah Lestari RT03/RW14 Kelurahan Tanjungpinang Timur. Warga sekitar berkata bahwa itu rumah Kasiyun. Idrus terkejut karena lelaki itu yang merebut istrinya.

Cemburu membara dan Idrus melapor polisi untuk menggerebek. Polisi datang, Latifah melarikan diri. Kasiyun tenang saja menampik tuduhan menyembunyikan wanita. Katanya, "Kalau tak percaya silakan geledah." Latifah ditemukan dikamar. Keduanya dibawa ke Polsek Tanjungpinang untuk pemeriksaan.

PosKota (Kamis, 25 Juni 2015)

Senin, 24 Agustus 2015

Tentang gw

Hai, nama saya Yunus Prihandono lebih dikenal dengan panggilan Yunus. Saya lahir di Jakarta 17 Januari 1996. Saya memiliki seorang adik perempuan yang sekarang duduk di kelas 2 SMA. Beruntung sekali saya sekarang bisa berkuliah di Universitasa Bunda Mulia, Jakarta Utara. Saya masuk dalam jurusan Ilmu Komunikasi peminatan Broadcasting. Tentunya saya mengambil jurusan ini karena saya merasa tertarik.

Hobi saya adalah bermusik entah itu ngeband, ataupun mendengarkan musik. Kecintaan saya terhadap dunia musik inilah yang membuat saya sangat ingin berkuliah di bidang musik, tetapi karena orang tua saya tidak mengijinkan dan memang berkuliah dalam bidang kesenian membutuhkan uang yang banyak. Bukan hanya bermusik saja, tapi saya menyukai bidang kesenian lainnya seperti menggambar, foto, dan video.

Saya suka menggambar sudah dari kecil, sedangkan photography dan videography baru muncul ketika saya masuk SMA. disitu saya dikenalkan foto dan video oleh teman saya. Saya mulai mengerti keindahan seni foto dan video. Lama kelamaan saya mulai mencoba belajar mengambil gambar, dan hasilnya jelek.

Tidak sampai situ, saya juga aktif dalam seni theater. Dari situ saya mulai memiliki ide untuk membuat film pendek. Selama pembuatan film pendek, saya juga belajar mendapatkan sudut-sudut gambar yang bagus dan belajar editting video juga. Dan mulai saat itu saya mulai berpikiran untuk masuk jurusan DKV. Tapi setelah saya pikir-pikir, terlalu banyak uang yang akan dihabiskan untuk membeli semua peralatannya.

Terlalu rumit saat itu untuk memutuskan, sampai akhirnya saya menemukan bahwa Ilmu Komunikasi mempelajari apa yang saya sukai, seperti Broadcasting, ataupun Advertising.

Itulah cerita saya, selamat datang di blog saya.